Akhlaq Tasawuf (Pengertian objek studi tujuan kedudukan dan urgensi akhlaq tasawuf)

Kelompok 1
(Sururil, Alfin, Siti Ulfa)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Esensi tasawuf itu telah ada sejak masa Rosulullah SAW. namun tasawuf sebagai ilmu keislaman adalah hasil kebudayaan islam sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya., seperti Fiqh dan ilmu tauhid. Pada masa Rosulullah SAW. belum dikenal ilmu Tasawuf , yang dikenal waktu itu adalah sebutan sahabat Nabi SAW. Tasawuf dan Islam tidak dapat dipisahkan , Tasawuf sebagai ilmu keislaman yaitu hasil kebudayaan Islam sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, mempelajari ilmu Tasawuf adalah penting, telah diketahui bahwa dahulu masa kerasulan Nabi Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa factor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.
Tasawuf sebagai perwujudan dari ihsan, yang berarti ibadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya., apabila tidak mampu demikian, maka harus didasari bahwa Dia melihat dari kita, adalah kualitas penghayatan dari seseorang terhadap agamanya. Dengan demikian tasawuf sebagaimana mistisme pada umumnya, bertujuan membangun dorongan-dorongan yang terdalam pada diri manusia. Yaitu dorongan-dorongan merealisasikan diri sebagai makhluk , yang secara hakiki adalah bersifat kerohanian dan kekal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian objek studi Akhlaq Tasawuf?
2. Apa tujuan dan kedudukan Akhlaq Tasawuf?
3. Bagaimana urgensi Akhlaq Tasawuf?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian objek studi Akhlaq Tasawuf.
2. Untuk mengetahui tujuan dan kedudukan Akhlaq Tasawuf.
3. Untuk mengetahui urgensi Akhlaq Tasawuf.







BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian objek studi Akhlaq Tasawuf
Secara etimologi kata “akhlaq” berasal dari Bahasa arab jamak dari khuluqun yang menurut Bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta. Demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan. Secara terminologynya akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk. Adapun kata Tasawwuf secara etimologi ada sejumlah kata yang dihubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Harun Nasution, misalnya menyenbutkan lima istilah yang berkenan dengan tasawuf, yaitu al-suffah (ahl al-suffah), (orang yang ikut pindah dengan nabi dari mekkah ke Madinah, saf (barisan), sufi (suci), Sophos (Bahasa yunani: hikmat), dan suf (kain wol). Dan secara etimologinya selama ini ada 3 sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk ter-batas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai makhluk yang ber-tuhan.
Esensi tasawuf itu telah ada sejak masa Rosulullah SAW. namun tasawuf sebagai ilmu keislaman adalah hasil kebudayaan islam sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya., seperti Fiqh dan ilmu tauhid. Pada masa Rosulullah SAW. belum dikenal ilmu Tasawuf , yang dikenal waktu itu adalah sebutan sahabat Nabi SAW. Tasawuf dan Islam tidak dapat dipisahkan , Tasawuf sebagai ilmu keislaman yaitu hasil kebudayaan Islam sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, mempelajari ilmu Tasawuf adalah penting, telah diketahui bahwa dahulu masa kerasulan Nabi Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa factor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.
Tasawuf sebagai perwujudan dari ihsan, yang berarti ibadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya., apabila tidak mampu demikian, maka harus didasari bahwa Dia melihat dari kita, adalah kualitas penghayatan dari seseorang terhadap agamanya. Dengan demikian tasawuf sebagaimana mistisme pada umumnya, bertujuan membangun dorongan-dorongan yang terdalam pada diri manusia. Yaitu dorongan-dorongan merealisasikan diri sebagai makhluk , yang secara hakiki adalah bersifat kerohanian dan kekal.
B. Tujuan dan kedudukan Akhlaq Tasawuf
a. Kedudukan Akhlak Dalam Islam
Akhlak dalam islam menempati posisi utama dalam ajaran islam setelah keimanan dan ibadah islam. Rasulullah bersabda ; “aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia”. Akhlak sebagai barometer bagi keimanan seseorang musllim. Rasulullah bersabda: “kesempurnaan iman itu baiknya akhlak seseorang”. semua ibadah dalam islam selain sebagai pengabdian kepada Allah SWT yang bertujan untuk kesempurnaan budi pekerti (akhlak).
b.Tujuan Akhlak Islam.
Tujuan akhlaq yaitu, untuk membentuk pribadi manusia, bertingkah laku yang baik demi meningkatkan derajat manusia, menyempurnakan keimanan, sebagai pengatur cara hidup berkeluarga dan bertetangga, dan Mengatur adab pergaulan berbangsa dan bernegara. Jadi mempelajari ilmu akhlak bukan lah sekedar untuk mengetahui mana akhlak baik dan buruk, akan tetapi yang  penting adalah mengamamlkan dan menerapkan akhlak yang luhur itu dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tuntutan ajaran islam. Pendefinisian agama Islam dengan akhlak yang baik itu sebanding dengan pendefinisian ibadah haji dengan wukuf di `Arafah. Rasulullah SAW menyebutkan, “Haji adalah wukuf di `Arafah.” Artinya tidak sah haji seseorang tanpa wukuf di Arafah, begitu pula dengan akhlak.Oleh karena itu, dalam keseluruhan ajaran Islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting, di antara keistimewaannya adalah:
a.  Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok  risalah Islam.
b. Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rasulullah SAW pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlak yang baik.
c.  Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada   hari kiamat.
d.  Rasulullah SAW menjadikan baik dan buruknya akhlak seseorang itu sebagai ukuran  imannya ketika ia hidup di dunia.
e.  Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadahnya kepada Allah SWT. Misalnya shalat, puasa, zakat, dan haji yang akhirnya ditandai dengan akhlak yang baik. Adapun dalil-dalilnya adalah sebagai berikut :
Tentang shalat Allah berfirman :
نَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ (العنكبوت : 45)
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan fahsya dan mungkar.” (Al-Ankabut : 45).
Dari beberapa Ayat dan hadits di atas jelaslah bahwa akhlak dalam Islam itu merupakan ukuran ibadah bahkan merupakan inti sari dari ibadah itu sendiri, maksudnya akhlak yang baik adalah buah dari ibadah yang baik, atau ibadah yang baik dan diterima oleh Allah SWT tentu akan melahirkan akhlak yang baik dan terpuji.
Demikianlah antara lain beberapa hal yang menjelaskan keutamaan dan kedudukan akhlak dalam Islam, walaupun banyak sekali keutamaan akhlak dalam Islam.
f.  Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar Allah SWT membaikan akhlak beliau.
g. Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak.
Tujuan tasawuf adalah ma`rifatullah (mengenal Allah secara mutlak dan lebih jelas). Tasawuf memiliki tujuan yang baik yaitu kebersihan diri dan taqarrub kepada Allah,. Namun tasawuf tidak boleh melanggar apa-apa yang telah secara jelas diatur oleh al-Qur`an dan As-sunnah, baik dalam aqidah, pemahaman ataupun tata cara yang dilakukan. Untuk itu, tujuan dan kedudukan akhlaq tasawuf  dalam karakter peserta didik adalah untuk melatih tabi’at peserta didik dalam mengenal Allah secara mutlak dan lebih jelas. Kedudukan tasawuf dalam islam mempunyai kedudukan yang sama dengan seperti akhlak meskipun dari sisi lain ada sedikit perbedaannya, ajaran tasawuf dalam islam memang tidak sama kedudukan hukumnya dengan rukun islam yang sifaynya wajib. tapi ajaran tasawuf lebih bersifat sunah, maka ulama tasawuf sering menamakan ajarannya dengan sebutan “fadaailu al-amal” (amalan yang hukumnya lebih afdhal). Maka sering kita jumpai pembagian tasawuf menjadi tiga macam, yaitu :
1.  Tasawuf aqidah, yang membahas masalah metafisis (hal gaib) yang unsurnya adalah keimanan kepada tuhan
2. Tasawuf ibadah, yang membahas dalam masalah rahasia ibadah
3. Tasawuf ahklaki, yang membahas pada budi pekerti yang mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat
Akhlak merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf merupakan batas akhir akhlak, maka jelas dapat di lihat bahwa hubungan akhlak dengan tasawuf sangat erat, dimana akhlak merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf merupakan batas akhir akhlak, atau dengan kata lain, akhlak merupakan sarana tasawuf sedangkan tasawuf merupakan tujuan sementara akhlak. Karena tujuannya adalah kesejahteraan dunia dan kebahagiaan akhirat menurut ulama tasawuf sunny, atau menjadi manusia ideal menurut ulama falsafi.
C. Urgensi Akhlaq Tasawuf
Pada masa yang akan datang tampaknya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta industrialisasi akan berlangsung terus dansangat menentukan paradaban umat manusi. Namun demikian, masalah-masalah moral dan etika akan ikut memepengaruhi pilihan strategi dalammengembangkan peradaban dimasa depan. Hal ini terlihat semua tahap perkembangan masyarakat. Untuk masyarakat yang masih terbelakang,spiritualisme harus berfungsi sebagai pendorong untuk meningkatkan etoskerja dan bukan pelarian dari ketidakberdayaan masyarakat untuk mengatasi tantangan hidupnya. Sedangan bagi masyarakat maju-industrial,spiritualisme befungsi sebagai tali penghubung dengan Tuhan. Namun demikian, perlu diingat bahwa tasawuf tidak bisadipisahakn dari kerangka pengalaman agama, dan karena itu hatus selau berorientasi kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Inilah yang mungkindisebutkan Hamka sebagai “tasawuf modern”, yakni tasawuf yang membawa kemajuan, bersemangat tauhid dan jauh dari kemusyrikan, bid’ah da khurafat. Karena itu, gambaran seorang sufi yang sejati ialah Nabi kita Muhammad SAW. Spritualisme pada generasi pertama islamdikembangkan bukan untuk spiritualisme parsial, tetapi berfungsi untukmendorong gerak sejarah ke depan dan ada saat yang sama membuat hidupmenjadi seimbang.
Salah satu tokoh era modern yang begitu sungguh-sungguhmemperjuangkan internaslisasi nilai-nilai spiritual Islam adalah SayyidHusein Nashr. Ia melihat datangnya malapetaka dalam manusia modernakibat hilangnya spiritualitas yang sesungguhnya dalam tradisI Islam.Bahkan beliau juga menyesali tindakan akomodatif dari kalanganmodernis dan reformis dunia Islam yang telah berakibat menghancurkanseni dan budaya Islam serta menciptakan kegersangan dalam jiwa seorangmuslim. Tasawuf bukan berarti mengabaikan nilai-nilai syari’at (nilai-nilai formalistik dalam Islam). Tasawuf yang benar adalah adanya tawazun (keseimbangan) antara keduanya yaitu unsur lahir(formalistik) dan batin (substansialistik). Intisari ajaran tasawuf adalah betujuan memperoleh hubunganlangsung dan dusadarai dengan Tuhan, sehingga orang merasa dengankesadarannya itu berada dihadirat-Nya. Kemampuan berhubungan denganTuhan ini dapat mengintegrasikan seluruh ilmu pengetahuan yang nampak berserakan. Karena melalui tasawuf ini seseorang disadarkan bahwasumber segala yang ada ini berasal dari Tuhan, bahwa dalam faham wahdatul wujud alam dan manusia yang menjadi objek copy Tuhan.
Dengan cara demikian antara satu ilmu dengan ilmu lainnya akan salingmengarah pada Tuhan.Dengan adanya bantuan tasawuf, maka ilmu pengetahuan satu danlainnya tidak akan betabrakan, karena ia berada dalam satu jalan dan satutujuan. Tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dankehalusan budi pekerti, sikap batin dan kehalusan budi yang tajam inimenyebabkan ia akan selalu mengutamakan pertimbangan kemanusiaan pada setiap masalah yang dihadapi, dengan cara demikian, ia akanterhindar dari melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela menurut agama.Sikap materialistik dan hedonistik yang merajalela dalamkehidupan modern ini dapat diatasi dengan menerapkan konsep zuhud(asketisisme). Konsep zuhud, yang pada intinya sikap tidak maudiperbudak atau terperangkap oleh pengaruh duniawi yang semetara itu,atau menghindarkan diri dari kecenderungan-kecenderungan hati yangterlalu mencintai dunia.
Jika sikap ini telahmantap, maka ia tidak akan berani menggunakan segala cara untukmencapai tujuan. Sebab tujuan yanag ingin dicapai dalam tasawuf adalahmenuju Tuhan, maka caranya pun harus ditempuh dengan cara yangdisukai oleh Tuhan. Selanjutnya sikap frustasi, putus asa dapat diatasidengan sikap ridha yang diajarkan dalam tasawuf, yaitu selalu menerimaterhadap segala keputusan Tuhan setelah berusaha dengan semaksimalmungkin.



Kurang lebihnya mohon maaf, silahkan dikoment untuk perbaikan, karena ini masih tahap belajar.
Sekian terimakasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PSIKOANALITIK KONTEMPORER (Erix H. Erikson)

Analisa Pobia Terhadap Belalang (UTS)