Teori Analitik Carl Gustav Jung

MAKALAH
PSIKOLOGI ANALITIK CARL GUSTAV JUNG
Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kepribadian
Dosen Pengampu : Indah Fajrotuz Zahro, M.Psi




Oleh 
Kelompok 1 :
Ahmad Muhaimin
M. Afrizal Virmansyah
Nur Maulida Fitria
Vina Qorib Billa







BIMBINGAN KONSELING ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ATTANWIR
TALUN SUMBERREJO BOJONEGORO
2019

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas izin Allah SWT akhirnya penulis mampu menyusun dan menyelesaikan makalah ini sebagai bentuk tanggung jawab penulis terhadap tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah “Psikologi Kepribadian”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW beserta Keluarga, Sahabat dan Seluruh Pengikut Beliau hingga akhir zaman nanti. Allahumma Aaminn
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
Allah Yang Maha Esa, karena dengan ramat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Indah Fajrotuz Zahro, M.psi, selaku Dosen Mata Kuliah “Psikologi Kepribadian ” yang telah membimbing penulis dalam menyusun  tugas makalah ini.
Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari makalah yang berjudul “Psikologi Analitik Carl Gustav Jung” ini masih jauh dari kesempurnaan, karena terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan hasil makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca.



Bojonegoro, 06 September 2019
penulis








DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Pembahasan 3
BAB II PEMBAHASAN
Teori Kepribadian Psikologi Analitis 4
Struktur Kepribadian 8
Tipologi Jung 10
Interaksi di Antara Sistem-Sistem Kepribadian 12
Dinamika Kepribadian 12
Perkembangan Kepribadian 15
Kritik Terhadap Pendekatan Jung 17
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 19
Saran. 20
DAFTAR PUSTAKA














BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 juli 1875 di Kesswil dan meninggal pada tanggal 6 juni 1961. Tahun 1906 ia mulai tulis menulis surat dengan Freud hingga tahun 1913. Tahun1907 pertemuan pertama dengan Freud yang terjadi di Wina membuat tali persaudaraan antara mereka. Freud begitu menaruh kepercayaan pada Jung, sehingga Jung dianggap sebagai orang yang patut menggantikan Freud di kemudian hari.
Jung terkenal dengan pengetahuannya tentang smbolisme dalam tradisi mistik, seperti Gnostisme, Alkemi, Kabala dan tradsi-tradisi serupa dalam agama Hindu dan Buddha. Ia adalah orang yang bisa mengetahui sisi alam bawah sadar yang memperlihatkan diri dalam wujud-wujud simbolik.
Berbeda dengan teori Freud tentang kepribadan yang bersifat mekanitis dan berdasar ilmu alam, konsep analitis Jung mengenai kepribadian menunjukkan usahanya untuk menginterpretasikan tingkah laku manusia dari sudut filsfat, agama dan mistik.
Sebagai penulis, Jung sangat produktif. Tulisannya banyak dan bidang orientasinya luas, sedang pendapatnya selalu berkembang. Oleh karena itulah maka teori Jung sebagai kesatuan tidak mudah dipahami. Bila disederhanakan, teori tersebut dapat dimengerti dalam rangka struktur, dinamika, serta perkembangan kepribadian (psyche). 
Rumusan Masalah 
Apa itu teori kepribadian psikologi analitis? 
Apa saja struktur kepribadian itu? 
Meliputi apa saja dinamika kepribadian itu? 
Bagaimana perkembangan kepribadian itu? 

Tujuan
Mengetahui teori kepribadian psikologi analitis
Mengetahui apa saja struktur kepribadian itu
Mengetahui apa saja dinamika kepribadian
Mengetahui perkembangan kepribadian










BAB II
PEMBAHASAN

Teori Kepribadian Psikologi Analitis
Teori kepribadian dengan pendekatan psikologi analitis dikembangkan oleh Carl Gustav Jung. Beliau diakui sebagai salah satu ahli psikologi yang terkemuka abad XX. Selama 60 tahun, ia mengabdikan dirinya dengan penuh kesungguhan untuk menganalisis proses kepribadian manusia yang sangat luas dan dalam. Dalam memandang manusia, Jung menggabungkan pandangan teleologi dan kasualitas. Dia memandang bahwa tingkah laku manusia itu ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu rasi (kausalitas), tetapi juga oleh tujuan dan aspirasi individu (teleologi). Menurut Jung, masa lampau individu sebagai akualitas maupun masa depan individu sebagai potensialitas sama-sama membimbing tingkah laku individu (orang).
Pandangan Jung tentang kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif dalam arti bahwa ia melihat kepribadian itu ke masa depan ke arah garis perkembangan sang pribadi di masa depan dan restrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa lampau sang pribadi. Freud memandang kehidupan sebagai usaha memusnahkan atau menekan kebutuhan insting yang terus menerus timbul, sedang Jung memandang kehidupan sebagai perkembangan yang kreatif. Sehingga Jung mengemukakan teori kepribadian yang bersifat facial atau phylogenic. (Filogeni: evolusi genetika yang berkait dengan sekelompok makhluk hidup. Asal mula kepribadian secara filogeni berada di keturunan,  melalui jejak ingatan dari pengalaman masa lalu ras manusia). Dasar kepribadian bersifat archaic, primitive, innate, unconscius, dan universal. Arsetip (Archetype) seperti personal, earth mother, child, wise old man, dan anima. semuanya menjadi predisposi bagaimana orang menerima dan merespon dunia. 

Struktur Kepribadian
            Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan pikiran, perasaan dan tingkah laku, kesadaran,dan ketidaksadaran. kepribadian membimbing orang untuk untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Sejak awal kehidupan, kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi membentuk kesatuan. ketika mengembangkan kepribadian, orang harus berusaha mempertahankan kesatuan dan harmoni antar semua elemen kepribadian.
Kepribadian di susun oleh sejumlah sistem yang beroprasi dalam tiga tingkat kesadaran; ego beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada tingkat sadar pribadi, dan arsetif beroperasi pada tingkat tak sadar kolektif. Di samping sistem yang terikat dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap (introvers-ekstravers) dan fungsi (fikiran-perasaan-persepsi-intuisi) yang beroperasi pada semua tingkat kesadaran. Juga ada self yang menjadi pusat kepribadian. 

Kesadaran (consciousness) dan Ego
Kesadaran (consciousness) muncul pada awal kehidupan, bahkan mungkin sebelum di lahirkan. Secara berangsur kesadaran bayi yang umum-kasar, menjadi semakin spesifik ketika bayi itu mulai mengenal manusia dan obyek sekitarnya. Menurut Jung, hasil pertama dari proses diferensiasi kesadaran itu adalah ego. Sebagai organisasi kesadaran, ego berperan penting dalam menentukan persepsifikiran, perasaan dan ingatan yang bisa masuk kesadaran. Tanpa seleksi ego, jiwa manusia bisa menjadi kacau karena terbanjiri oleh pengalaman yang semua bebas masuk ke kesadaran. Dengan menyaring pengalaman, ego berusaha memelihara keutuhan dalam kepribadian dan memberi orang perasaan kontinuitas dan identitas.
Taksadar Pribadi (personal unconscious) dan kompleks (complexes) 
Ketidaksadaran pribadi adalah daerah yang berdekatan dengan ego. Ketidaksadaran pribadi terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian di represikan, disupresikan, di lupakan atau di abaikan serta pengalaman-pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang pribadi. Pengalaman yang tidak di setujui ego untuk muncul ke sadar tidak hilang, tetapi di simpan di simpan dalam personal unconscious, sehingga taksadar pribadi berisi pengalaman yang di tekan, dilupakan dan yang gagal menimbulkan kesan sadar. Bagian terbesar dari isi tak sadar pribadi mudah di munculkan kekesadaran, yakni ingatan siap yang sewaktu-waktu dapat di munculkan ke kesadaran.  
Misalnya, remaja putri yang memiliki kompleks inferior, dia terobsesi dengan penilaian bahwa dirinya kurang berkemampuan, kurang berbakat, kurang menarik, dibanding orang lain. Dia yakin (sadar) bahwa inferior tasnya akibat dari prestasi buruknya disekolah, hanya mempunyai sedikit teman, dan tidak mampu mengemukakan kemauan dan keinginanya. 
Mula-mula, Jung berpendapat pengalaman masa kecil yang memicu berkembangnya suatu kompleks. Namun sesudah menganalisis bagaimana pengalaman masa kecil itu dapat menimbulkan kekuatan yang sangat besar, Jung menemukan faktor penyumbang timbulnya kompleks di dalam tingkat kesadaran yang paling dalam, yaitu tak sadar kolektif. 
Taksadar kolektif (collectiveunconscious)

        Disebut juga Transpersonal unconscious, konsep asli jung yang paling kontroversial; suatu sistem psikis yang paling kuat dan paling berpengaruh, dan pada kasus-kasus patologis mengungguli ego dan ketidaksadaran pribadi. Menurut Jung, evolusi makhluk (manusia) memberi cetak biru bukan hanya mengenai fisik/tubuh tetapi juga mengenai kepribadian. Tak sadar kolektif adalah gudang ingatan laten yang diwariskan oleh leluhur, baik leluhur dalam wujud manusia maupun leluhur pra manusia/binatang (ingat teori evolusi Darwin). Namun yang diwariskan itu bukanlah memori atau fikiran yang spesifik, tetapi lebih sebagai predisposisi (kecenderungan untuk bertindak) atau potensi untuk memikirkan sesuatu. Adanya predisposisi membuat orang menjadi peka, dan mudah membentuk kecendrungan tertentu, walaupun tetap membutuhkan pengalaman dan belajar. Manusia lahir dengan potensi kemampuan mengamati tiga demensi, namun kemampuan itu baru diperoleh sesudah manusia belajar melalui pengalamannya. Proses yang sama terjadi pada kecendrungan rasa takut ular dan kegelapan, menyayangi anak, serta keyakinan adanya Tuhan. 

Arkhetipe-arkhetipe
Tak sadar kolektif berisi image dan bentuk fikiran yang banyaknya tak terbatas, tetapi Jung memusatkan diri pada image dan bentuk fikiran yang muatan emosinya besar, yang dinamakan archetype (dinamakan juga dominan, primordial image, imago, mitologic image, atau pola tingkahlaku). Seperti semua gambaran primordial lainnya, arsetip adalah bentuk tanpa isi, mewakili atau melambangkan peluang munculnya jenis persepsi dan aksi tertentu. Mereka memiliki kekuatan yang sangat besar, kekuatan pengalaman manusia yang berusia ribuan tahun. 
Jung mengidentifikasi berbagai arsetip; lahir, kebangkitan (lahir kembali), kematian, kekuatan, magi, uniti, pahlawan, anak, Tuhan, setan, orang bijak, ibu pertiwi, binatang, dll. Di antaranya yang paling penting dalam membentuk kepribadian dan tingkahlaku adalah; persona, anima-animus, shadow, dan self. Keempat arsetip ini telah berkembang jauh dan sering dipandang sebagai sistem terpisah dalam kepribadian. 
Persona
Persona adalah topeng yang dipakai pribadi sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat, serta terhadap kebutuhan-kebutuhan arkhetipal sendiri (Jung,1945). Tujuan topeng adalah untuk menciptakan kesan tertentu pada orang-orang lain dan sering kali, meski tidak selalu, ia menyembunyikan hakikat pribadi yang sebenarnya.
Animasi dan Animus
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk biseksual. Pada tingakat fisiologis, laki-laki mengeluarkan hormon seks laki-laki maupun perempuan, demikian juga wanita. Arsetip itu merupakan produk pengalaman ras manusia. Sesudah mengalami hidup bersama berabad-abad, pria menjadi memiliki sifat feminin dan sebaliknya wanita menjadi memiliki sifat maskulin. 
Anima dan animus menyebabkan masing-masing jenis menunjukkan ciri lawan jenisnya, sekaligus berperan sebagai gambaran kolektif yang memotivasi masing-masing jenis untuk tertarik dan memahami lawan jenisnya. Pria memahami wanita berdasarkan animanya, dan wanita memahami kodrat pria berdasarkan animusnya. 
Shadow
Bayangan adalah arsetip yang mencerminkan insting kebinatangan yang diwarisi manusia dari evolusi makhluk tingkat rendahnya. Bayangan bila diprojeksikan keluar apa adanya akan menjadi iblis atau musuh. Bayangan juga mengakibatkan ke dalam kesadaran muncul fikiran-perasaan-tindakan yang tidak menyenangkan dan dicela masyarakat. Karena itu bayangan disembunyikan di balik persona, atau ditahan di taksadar pribadi. Itulah sebabnya arsetip itu mempengaruhi taksadar pribadi dan pada gilirannya juga akan mempengaruhi ego. 
Diri (Self).
Konsep keutuhan dan kesatuan kepribadian dipandang sangat penting oleh jung. Self adalah arsetip yang memotivasi perjuangan orang menuju keutuhan. Arsetip self menyatakan diri dalam berbagai simbol, seperti lingkaran magis atau mandala (simbol meditasi Agama Budha, mandala dalam bahasa sansekerta artinya lingkaran), di mana self menjadi pusat lingkaran itu. Bentuk mandala itu di dalamnya sering terdapat segi empat. Lingkaran menjadi simbol dari kesatuan-ketuhanan, dan segi empat mempunyai banyak makna, bisa arah mata angin, bisa 4 elemen dunia: api-air-tanah-angin. 
Sebelum self muncul, berbagai komponen kepribadian harus lebih dahulu berkembang sepenuhnya dan ter individu asikan. Karena alasan ini, arsetip diri tidak akan tampak sebelum orang mencapai usia setengah baya. Pada usia itu orang memulai berusaha dengan sungguh-sungguh dan disiplin mengubah pusat kepribadian dari ego sadar ke ego yang berada di antara kesadaran dan ketidak sadaran (daerah tempat self). 
Simbolisasi (Symbolization) 
Simbol adalah tanda yang tampak yang mewakili hal lain (yang tidak tampak). Arsetip yang terbenam di dalam taksadar kolektif hanya dapat mengekspresikan diri melalui Simbol-simbol. Hanya dengan menginterpretasi simbol-simbol ini, yang muncul dalam mimpi, fantasi, penampakan (vision), mythe, seni, dll, dapat diperoleh pengetahuan mengenai taksadar kolektif dan arsetipnya. 
Symbol beroperasi dalam dua cara. Pertama, dalam bentuk retrospektif, dibimbing oleh insting simbol mungkin secara sederhana menunjukkan impuls yang karena alasan tertentu tidak terpuaskan. Misalnya, dansa mungkin simbolik dari perilaku seks. Retrospektif semacam ini mirip dengan konsep sublimasi dari Anna Freud. 
Sikap dan Fungsi (Attitude and Function) 
      
     Kecuali ego, semua aspek kepribadian yang telah dibahas berfungsi pada tingkat taksadar. Ada dua aspek kepribadian yang beroperasi di tingkat sadar dan taksadar, yakni attitude (introversion-ekstraversion)  dan function (thinking, feeling, sensing dan intuiting).

Sikap Introvesi (Introversion) dan Ekstraversi (Ekstraversion) 
Sikap introversi mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, 
memusatkan diri pada dunia dalam dan privat di mana realita hadir dalam bentuk hasil amatan, cenderung menyendiri, pendiam/tidak ramah, bahkan antisosial. Umumnya orang introvertif itu senang introspektif dan sibuk dengan kehidupan internal mereka sendiri. Tentu saja mereka juga mengamati dunia luar, tetapi mereka melakukanya secara selektif, dan memakai pandangan subjektif mereka sendiri. 
       Sikap ekstraversi mengarahkan pribadi ke pengalaman obyektif, memusatkan perhatiannya ke dunia luar alih-alih berfikir mengenai persepsinya, cenderung berinteraksi dengan orang di sekitarnya, aktif dan ramah. Orang yang ekstravertif sangat menaruh perhatian mengenai orang lain dan dunia disekitarnya, aktif, santai, tertarik dengan dunia luar. Ekstravert lebih terpengaruh oleh dunia disekitarnya, alih-alih oleh dunia dalamnya sendiri. 

Tipologi Jung (Gabungan Sikap-Fungsi) 
Jung memakai kombinasi sikap dan fungsi ini untuk mendiskripsi
 tipe-tipe kepribadian manusia. Jadi Jung yang pada dasarnya mengembangkan teori dalam paradigma psikoanalisis, pada elaborasi konsep sikap dan fungsi memakai paradigma tipe. Dari kombinasi sikap (ekstravers dan intovers) dengan fungsi (fikiran, perasaan, pengindaraan, intuisi) akan diperoleh delapan macam tipe manusia, yakni tipe: 
ekstraversi-fikiran                       introversi-fikiran  
ekstraversi-perasaan                  introversi-perasaan    
ekstraversi-pengindraan             introversi-pengindraan
ekstraversi-intuisi                        introversi-intuisi

Dinamika kepribadian

       Variasi struktur kepribadian yang kompleks membuat elaborasi dinamika kepribadian sukar dibuat formulanya. Akhirnya, Jung mencoba mendekati dinamika itu prinsip-prinsip interaksi dan tujuan penggunaan energi psikis.
1.Interaksi antar Struktur Kepribadian
a. Prinsip Oposisi
    Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara, saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan bergabung menjadi kesatuan (synthese). 
           b Prinsip Kompensasi
    Dipakai untuk menjaga agar kepribadian tidak menjadi neurotik. Umumnya terjadi antara sadar dan tak sadar; fungsi yang dominan pada kesadaran dikompensasi oleh hal lain yang direpes. 
           c Prinsip Penggabungan
   Menurut Jung, kepribadian terus menerus berusaha untuk menyatukan pertentangan yang ada. Berusaha untuk mensintesikan pertentangan untuk mencapai kepribadian yang seimbang dan integral. Integrasi ini hanya sukses dicapai melalui fungsi transenden. 
2.Enerji Psikis
a. Fungsi Enerji
    Jung berpendapat bahwa personaliti adalah sistem yang relatif tertutup, bersifat kesatuan yang saling mengisi, terpisah dari sistem enerji lainnya. Enerji yang dipakai oleh kepribadian disebut oleh enerji psikis, atau hidup (life energy). 
b Nilai Psikis (Psychic Value) 
     Suatu ide atau perasaan tertentu diakatakan memiliki value psikis yang tinggi kalau ide atau perasaan itu memainkan peran penting dalam mencetuskan dan mengarahkan tingkahlaku. 
c Kesamaan (Equivalence) dan Keseimbangan (Entropy) 
      Enerji psikis bekerja mengikuti hukum termodinamika, yakni prinsip ekuivalen dan prinsip entropi. Prinsip ekuivalen menyatakan, jumlah enerji psikis selalu tetap, hanya distribusinya yang berubah. 
d Tujuan Penggunaan Enerji
      Ketika manusia menjadi lebih efisien dalam memuaskan kebutuhan dasar dan kebutuhan biologinya, mereka mempunyai enerji lebih banyak untuk mengembangkan kultural. Tujuan-tujuan itu diraih melalui gerak progresi (Progression) dan atau gerak regresi (regression).
      
      Gerakan yang didukung enerji bukan hanya maju atau mundur. Ketika lingkungan menentang pemuasan kebutuhan insting tidak, ego mempunyai dua macam pilihan pemakaian enerji, yakni sublimasi atau represi. 
Sublimasi adalah mengubah tujuan instingtif yang tidak dapat diterima dengan tujuan yang dapat diterima lingkungan. 
Represi adalah menekan insting yang tidak mendapat penyaluran rasional di lingkungan, tanpa mengganggu ego. 

Perkembangan kepribadian

1.Mekanistik (Mechanistic), Purposif (Purposive), dan Sinkronisitas (Synchronicity)

       Pendekatan Jung untuk menjelaskan mengapa peristiwa psikis itu terjadi lebih lengkap dibanding Freud. Pandangan Freud bersifat mekanistik atau kausalistik, menurutnya semua peristiwa disebabkan oleh sesuatu yang terjadi pada masa lalu. Jung mengedepankan pandangan purposif atau teleologik, yang menjelaskan kejadian sekarang ditentukan oleh masa depan atau tujuan. Yang dinamakan prinsip sinkronisitas (synchronicity) adalah Dua peristiwa psikis yang terjadi secara bersamaan dan tampak saling berhubungan, yang satu tidak menjadi penyebab dari yang lain, karena keduanya tidak dapat ditunjuk mana yang masa lalu dan mana yang masa depan. 

2.Individuasi (Individuation)  dan Transendensi (Transcendent) 

       Tujuan hidup manusia adalah mencapai kesempurnaan yang disebut relisasi diri. Orang dikatan mencapai realisai diri, kalau dia dapat mengintegrasikan semua kutub-kutub yang bersebrangan dalm jiwanya, menjadi kesatuan pribadi yang homogen. Realisasi diri berarti meminimalkan persona, menyadari animasi atau animusnya, menyeimbangkan intoversi dan ekstraversi, serta meningkatan empat fungsi jiwa-fikiran, perasaan, pengindraan, intuisi-dalam posisi tertinggi. 

Individuasi
Proses analitik, memilah-milah, memerinci, dan meng elaborasi aspek-aspek kepribadian. Semua aspek beserta percabangan atau rinciannya harus ikut berkembang bersama-sama dalam satu kebulatan. Jiwa yang mempunyai banyak resistensi bisa memunculkan gejala-gejala neurotik. Arsetip-arsetip, insting-insting tak sadar harus diberi kesempatan untuk mengungkapkan diri melalui ego. 
Transendensi
Proses sintetik, mengintegrasikan materi taksadar dengan materi kesadaran, mengintegrasikan aspek didalam suatu sistem, dan mengintegrasikan sistem secara keseluruhan agar dapat berfungsi dalam satu kesatuan secara efektif. 


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
             Pandangan Jung tentang kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif dalam arti bahwa ia melihat kepribadian itu ke masa depan ke arah garis perkembangan sang pribadi di masa depan dan restrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa lampau sang pribadi. Orang hidup dibimbing oleh tujuan maupun sebab. Jung menekankan pada peranan tujuan dalam perkembangan manusia. Pandangan inilah yang membedakan Jung dengan Freud. Bagi Freud, dalam hidup ini hanya pada pengulangan yang tak habis-habisnya atas tema-tema insting sampai ajal menjelang. Bagi Jung, dalam hidup ini ada perkembangan yang konstan dan sering kali kreatif, pencarian ke arah yang lebih sempurna serta kerinduan untuk lahir kembali. Jung menyelidiki sejarah manusia untuk mengungkap tentang asal ras dan evolusi kepribadian. Ia meneliti mitologi, agama, lambing, upacara kuno, adat istiadat, kepercayaan manusia primitif, mimpi, penglihatan, simtom orang neurotic, halusinasi dan delusi para penderita psikosis dalam mencari akar dan perkembangan kepribadian manusia.
Saran
            Berdasarkan dari makalah ini terdapat banyak informasi yang terkait mengenai Psikologi Analitik Kepribadian. Semoga dengan selesainya makalah ini akan menjadi bahan motivasi untuk penyusun mencari tahu lebih jauh lagi.






DAFTAR PUSTAKA
Ryckman, Richard M. (1985). Theories of personality. Monterey:          Brooks/Cole Publishing
Samuel, William (1981). Personality, Searching for the Source of Human Behavior.     Tokyo: McGraw Hill International Book Co. 
Schultz, Duane (1981). Theories of Personality. Monterey: Brooks/Cole
       Publishing
Supratiknya,  A. (1993).  Psikologi Kepribadian 1 Teori-teori Psikodinamik
      (Klinis).  Terjemahan dari Calvin S. Hall dan Gardner Linzey, Teories of
      Personality. Jogyakarta: Penerbit Kanisius. 

Surabaya, Sumadi (1983). Psikologi Kepribadian. Jakarta: C.V. Rajawali

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PSIKOANALITIK KONTEMPORER (Erix H. Erikson)

Analisa Pobia Terhadap Belalang (UTS)