Teori Realitas

MAKALAH
TEORI KONSELING REALITAS
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Teori konseling I
Dosen Pengampu :
Indah Fajrotus Zahro, M. Ps. i



Disusun Oleh:
Ahmad Sururil Asna
Khoridah Nabila
Rosa Amelia


PROGAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ATTANWIR BOJONEGORO
Oktober, 2019
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdullilah senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat, hidayah dan kesehatan dari-Nya, sehingga kita bisa menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa shalawat dan salam kita kirimkan untuk baginda Nabiullah Muhammad Saw, Nabi yang telah membawa ummatnya dari zaman jahiliah kezaman yang terang-benderang, juga nabi yang telah diutus oleh Allah SWT kemuka bumi ini sebagai rahmatan lilalamin.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah yakni Teori konseling I. Kami berharap dalam penyusunan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Tentunya kami sadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik kami perlukan dalam hal yang bersifat membangun karena tidak dipungkiri bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dalam penyusunanya.


Bojonegoro, Oktober  2019


Penyusun




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Masalah 2
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Perkembangan Konseling Realitas 3
Hakekat Manusia 3
Perkembangan Kepribadian Konseling Realitas 5
Tujuan Konseling Realitas 6
Teknik – Teknik Konseling Realitas 7
Peran Konselor Dan Konseli Realitas 9
Kelemahan dan Kelebihan Konseling Realitas 10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konseling realitas dicetuskan oleh William Glasser, yang merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung pada klien. Perkembangan ini berkembang pada awal tahun 30 an – 60 an. Alasan Glesser mengembangkan pendekatan ini antara lain ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisis karena pendekatan psikoanalisis kurang efektif dan efisien. Dan tidak setuju dengan anggapan bahwa pada dasarnya manusia itu baik. Proses pengembangan Gletser mulai menerbitkan sebuah buku dan dikembangkan di rumah sakit, tetapi oleh teman-temannya tidak mendapat persetujuan serta dukungan bahkan ditolak namun hal ini tidak membuat Gletser putus asa.
Dan dilanjutkan dengan mempraktekkan teorinya di V.A. Hospital disana mendapat tanggapan baik yang akhirnya teori tersebut dapat berkembang serta diterima oleh kolega-kolega yang bahkan dulu tidak menyetujuinya. Hal ini berdasarkan pada konsep terapi realitas dimana seorang klien ditolong agar dia mampu menghadapi realita di masa depan dengan penuh optimis. Konseling realitas berprinsip bahwa seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dan terapi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.
Konseling realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan alternatif bantuan tidak usah melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang dipentingkan bagaimana klien dapat sukses mencapai hari depannya, karena manusia dalam kehidupan mempunyai kebutuhan dasar, yaitu cita dan harga diri. Setiap orang akan belajar memenuhi kebutuhannya dengan bertingkah laku normal, yaitu 3 R (Right, Responsibility, dan Reality) dimana masa yang penting dalam penanaman adalah usia 2-5 tahun dengan peranan orang tua dan sekolah sebagai faktor yang menentukan.
Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah perkembangan konseling realitas?
Apa itu Hakikat Manusia Konseling Realitas ?
Bagaimana Perkembangan Kepribadian Konseling Realitas ?
Apa itu Tujuan Konseling Realitas ?
Apa saja teknik-teknik dalam konseling realitas ?
Apa peranan konselor dalam konseling kelompok realitas?
Apa saja kelemahan dan kelebihan konseling realitas ?
Tujuan Masalah
Untuk mengetahui sejarah perkembangan konseling realitas
Untuk mengetahui Hakikat Manusia Konseling Realitas 
Untuk mengetahui Perkembangan Kepribadian Konseling Realitas 
Untuk mengetahui Tujuan Konseling Realitas 
Untuk mengetahui teknik-teknik dalam konseling realitas 
Untuk mengetahui peranan konselor dalam konseling kelompok realitas
Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan konseling realitas












BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Perkembangan Konseling Realitas
Konseling realitas dicetuskan oleh William Glasser yang lahir pada tahun 1925 dan menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di Cleveland, Ohio. Pertumbuhannya relatif tanpa hambatan, sehingga ia memahami dirinya sebagai lelaki yang baik. Glasser meninggalkan kota kelahirannya setelah ia masuk ke perguruan tinggi. Ia memperoleh gelar sarjana muda dalam bidang rekayasa kimia, sarjana psikologi klinis dan dokter dari Case Western Reserve University.
Pada tahun 1961 Glasser mempublikasikan konsep konseling realitas dalam bukunya yang pertama Mental Health or Mental Illness. Konsep ini diperluas, diperbaiki dan disusun pada penerbitan tahun 1965: Reality Therapy : A New Approach to Psichiatry. Tidak lama setelah penerbitan yang kedua ini, Glasser membuka Institute of Reality Therapy yang digunakan untuk melatih profesi-profesi layanan kemanusiaan. Sebagai kata sambung atas suksesnya, sekolah-sekolah membutuhkan konsultasi Glasser, dan ia dapat menyesuaikan dengan prosedur-prosedunya dengan setting sekolah. Ia mempublikasikan ide ini dalam School Without Failure (1969) dan mendirikan Educatinal Training Centre yang di dalamnya guru-guru mendapat latihan konseling realitas.
Hakekat Manusia
Konseling Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli dalam suatu kelompok, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah dalam rangka mengembangkan dan membina kepribadian ataupun kesehatan mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli yang bersangkutan. Adalah William Glasser sebagai tokoh yang mengembangkan bentuk terapi ini.
Menurutnya, bahwa tentang hakikat manusia adalah: 
Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan dalam kepribadiannnya.
Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat menjadi seorang individu yang sukses. 
 Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri.
Manusia digerakkan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang asalnya bersifat genetik. Semua prilaku manusia mempresentasikan upaya untuk mengontrol dunia agar memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu dengan sebaik-baiknya. Orang tidak pernah terbebas dari kebutuhan-kebutuhannya dan, begitu terpenuhi, muncul kebutuhan lain. Kehidupan manusia adalah perjuangan konstan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan ini dan mengatasi konflik yang selalu muncul di antara mereka. Secara rinci Glasser menjelaskan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, yaitu:
Kelangsungan hidup (Survival)
Kehidupan fisik ini bertempat di otak tua yang berlokasi di sebuah kelompok kecil struktur yang terklaster di puncak tulang belakang. Gen orang mengistruksikan otak tuanya untuk melaksanakan semua kegiatan yang menjaga kelangsungan hidup yang mendukung kesehatan dan reproduksi.(kebutuhan memperoleh kesehatan, makanan, udara, perlindungan, rasa aman, dan kenyamanan fisik).
Cinta dan rasa memiliki (Love and belonging)
Salah satu kebutuhan psikologis manusia adalah kebutuhannya untuk merasa memiliki dan terlibat atau melibatkan diri dengan orang lain. Beberapa aktivitas yang menunjukkan kebutuhan ini antara lain: persahabatan, acara perkumpulan tertentu, dan keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan.
Kekuatan atau prestasi (Power or achievemen )
Kebutuhan akan kekuasaan (power) meliputi kebutuhan untuk berprestasi, merasa berharga, dan mendapatkan pengakuan. Kebutuhan ini biasanya diekspresikan melalui kompetisi dengan orang-orang di sekitar kita, memimpin, mengorganisir, meyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin, menjadi tempat bertanya atau meminta pendapat bagi orang lain, melontarkan ide atau gagasan dan sebagainya.
Kebebasan atau kemerdekaan (Freedom or independence)
Kebebasan (freedom) merupakan kebutuhan untuk merasakan kebebasan atau kemerdekaan dan tidak tergantung pada orang lain, misalnya membuat pilihan (aktif pada organisasi kemahasiswaan), memutuskan akan melanjutkan studi pada jurusan apa, bergerak, dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Kesenangan (Fun)
Merupakan kebutuhan untuk merasa senang, dan bahagia. Pada anak-anak, terlihat dalam aktivitas bermain. Kebutuhan ini muncul sejak dini, kemudian terus berkembang hingga dewasa. Misalnya, berlibur untuk menghilangkan kepenatan, bersantai, melucu, humor, dan sebagainya.
Perkembangan Kepribadian Konseling Realitas
Struktur kepribadian
Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang tersebut mencapai identitas sukses. Ini terkait dengan konsep perkembangan kepribadian yang sehat, yang ditandai dengan berfungsinya individu dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya secara tepat. Dalam proses pembentukan identitas, individu mengembangkan keterlibatan secara emosional dengan orang lain. Individu perlu merasakan bahwa orang lain memberikan perhatian kepadanya dan berfikir bahwa dirinya memiliki arti. Jika kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain. Belajar bagaimana bertingkah laku yang bertanggung jawab merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak untuk mencapai “identitas sukses”.
Menurut Glasser ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, orang tersebut telah mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu keadaan dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya, dicapai dengan menunjukkan total behavior (perilaku total), yakni tindakan (acting), pikiran (thingking), perasaan (feeling), dan fisik (physiology) secara bertanggungjawab (responsibility), sesuatu realita (reality), dan benar (right), adapun konsep 3R yaitu:
Tanggung jawab (Responsibility)
Merupakan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus merugikan orang lain.
Kenyataan (Reality)
Merupakan kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realita yang dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa adanya.
Kebenaran (Right)
Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri sendiri bila melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut ia merasa nyaman bila mampu bertingkah laku dalam tata cara yang diterima secara umum.




Pribadi Sehat dan Bermasalah
Pribadi Sehat
Konseling reality menekankan pilihan-pilihan pada setiap situasi individu memiliki kemampuan membuat pilihan dan mempertanggung jawabkan berhasil.
Status kesehatan mental individu dapat dilihat dalam tahapan yang dialaminya, yaitu:
Tahapan Kemunduran/ Regresive Stage, dibagi menjadi 3 tahap:
“Saya Menyerah” (1 give up).
Simptom-simptom (-), pada perlikau menyeluruh
Kecanduan negative = individu mengulang-ulang perilaku yang tidak efektif dan destruktif dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tahapan positif / Progress Stage ,terjadi 3 tahap:
“Saya akan melakukannya”. “Saya ingin berkembang” “Saya berkomitmen untuk berubah”
Simpton-simpton positif, pada perilaku menyeluruh
Kecanduan positif = ditandai dengan perasaan berharga pada diri sendiri (self worth), konstruktif dan kepuasan terhadap pencapaian diri sendiri.
Pribadi Bermasalah
Pribadi bermasalah terjadi ketika seseorang gagal dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain.
Tujuan Konseling Realitas
Tujuan utama pendekatan konseling ini untuk membantu menghubungkan (connect) atau menghubungkan ulang (reconnected) klien dengan orang lain yang mereka pilih untuk mendasari kualitas hidupnya. Di samping itu, konseling realitas juga bertujuan untuk membantu klien belajar memenuhi kebutuhannya dengan cara yang lebih baik, yang meliputi kebutuhan mencintai dan dicintai, kekuasaan atau berprestasi, kebebasan atau independensi, serta kebutuhan untuk senang. Sehingga mereka mampu mengembangkan identitas berhasil. Tujuan konseling realitas adalah sebagai berikut :
Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.
Teknik – Teknik Konseling Realitas
Konseling Realita menggunakan banyak teknik untuk mencapai tujuan-tujuan konseling, khususnya teknik-teknik dari perspektif konseling perilaku seperti yang telah dikemukakan. Teori konseling realita memiliki beberapa teknik tersendiri yaitu:
Metapor
Konselor menggunakan taknik ini seperti senyuman, imej, analogi, dan anekdot untuk memberi konseli suatu pesan penting dalam cara yang efekitif. Konselor juga mendengarkan dan menggunakan metapor yang ditampilkan diri konseli.



Hubungan
Menggunakan hubungan sebagai bagian yang asensial dalam proses terapoutik. Hubungan ini harus memperlihatkan upaya menuju perubahan, menyenagkan, positif, tidak menilai, dan mendorong kesadaran konseli.
Pertanyaan
Konselor menekankan evaluasi dalam perilaku total, asesmen harus berasal dari konseli sendiri. Konselor tidak mengatakan apa yang harus dilakukan koseli, tetapi menggunakan pertanyaan yang terstruktur dengan baik untuk membantu konseli menilai hidupnya dan kemudian merumuskan perilaku-perilaku yang perlu dan tidak perlu di ubah.

WDEP & SAMI2C3
Merupakan akronim dari wants (keinginan), direction (arahan), evaluasi (penilaian), dan planing (rencana). Teknik ini digunakan untuk membantu konseli menilai keinginan-keinginannya. Perilaku-perilakunya, dan kemudian merumuskan rencana-rencana.
SAMI2C3
Mempersentasikan elemen-elemen yang memaksimalkan keberhasilanya keberhasilan rencana : mudah/ sederhana (simple), dapat dicapai (attainable), dapat diukur (measurable), segera (immedate), melibatkan tindakan (involving), dapat dikontrol (controled), konsisten (consistent), dan menekankan pada komitmen (committed).
Renegosiasi
Konseli tidak selalu dapat menjalankan rencana perilaku pilihanya. Jika ini terjadi, maka konselor mengajak konseli untuk membuat rencana ulang dan menemukan pilihan perilaku lain yang lebih mudah.
Intervebsi paradoks
Terinspirasi oleh Frankl (pendiri konselng Gestalt), Glasser menggunakan paradoks untuk mendorong konseli menerima tanggung jawab bagi perilakunya sendiri. Intetrvensi paradoksikal ini memiliki dua bentuk rerabel atau reframe dan paradoxical pressciption.
Pengembangan ketrampilan
Konselor perlu membantu konseli mengembangkan ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan-keinginannya dalam cara yang bertanggung jawab. Koselor dapat mengajar konseli tentang berbagai ketrampilan seperti perilaku asertif, berfikir rasional, dan membuat rencana.
Adiksi positif
Menurut Glesser, merupakan teknik yang digunakan untuk menurunkan barbagai bentuk perilaku negatif dengan cara memberikan kesiapan atau kekuatan mental, kreatifitas, energi dan keyakinan. Contoh : mendorong olah raga yang teratur, menulis jurnal, bermain musik, yoga, dan meditasi.
Penggunakan kata kerja
Dimaksudkan untuk membantu konseli agar mampu mengendalikan hidup mereka sendiri dan membuat pilihan perilaku total yang positif. Daripada mendeskripsikan koseli dengan kata-kata: marah, depresi, fobia, atau cemas . Konselor perlu menggunakan kata memarahi, mendepresikan, memfobiakan, atau mencemaskan. Ini mengimplikasikan bahwa emosi-emosi tersebut bukan merupakan keadaan yang mati tetapi bentuk tindakan yang dapat diubah.
Konsekuensi natural
Konselor harus memiliki keyakinan bvahwa konseli dapat bertanggung jawab dan karena itu dapat menerima konsekuensi dari perilakunya. Koselor tidak perlu menerima permintaan maaf ketika konseli membuat kesalahan, tetapi juga tidak memberikan sangsi. Alih-alih koselor lebih memusatkan pada perilaku salah atau perilaku lain yang bisa membuat perbedaan sehingga konseli tidak perlu mengalami kosekuensi negatif dari perilakunya yang tidak bertanggung jawab.
Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Dalam membantu klien dalam menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
Melakukan permainan peran dengan konseli
Menggunakan humor
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Tidak menerima alasan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab
Berperan sebagai model dan guru
Melibatkan diri pada perjuangan konseli mencari hidup yang efektif
Konfrontasi tingkah laku yang tidak realistis
Memberikan PR antar pertemuan dengan pertemuan berikutnya
Membaca artikel yang relevan
Kesepakatan kontrak antara konselor dan konseli
Debat konstruktif
Terapi realitas tidak memasukkan sejumlah teknik yang secara umum diterima oleh pendekatan-pendekatan terapi lain. Pempraktek terapi realitas berusaha membangun kerja sama dengan para klien untuk membantu mereka dalam mencapai tujuan-tujuannya. Teknik-teknik diagnostik tidak menjadi bagian dari terapi realitas. Teknik-teknik lain yang tidak digunakan adalah penafsiran, pemahaman, wawancara-wawancara non direktif, sikap diam yang berkepanjangan, asosiasi bebas, analisis transferensi dan resistensi, dan analisis mimpi.
Peran Konselor Dan Konseli Realitas
Konselor terlibat dengan klien dan membawa klien menghadapi realita. Tugas utama konselor adalah menjadi terlibat dengan konselinya dan kemudian menghadapi konseli dengan mengusahakan agar konseli mengambil keputusan.
Konselor sebagai pembimbing. Konselor bertugas melayani sebagai pembimbing untuk membantu konseli menaksir tingkahlaku mereka secara realistis.
Memberi hadiah. Konselor diharapkan memberi hadiah bila konseli berbuat dalam cara yang bertanggungjawab dan tidak menerima setiap penghindaran atas kenyataan atau tidak mengarahkan konseli menyalahkan setiap hal atau setiap orang.
Mengajar konseli Beberapa kualitas pribadi yang harus dimiliki konselor adalah kemampuan untuk mengajar konseli, untuk mencapai kebutuhan mereka secara terbuka, tidak untuk menerima ampunan, menunjukkan dukungan yang terus menerus dalam membantu konseli, untuk memahami dan mengempati konseli, dan untuk terlibat dengan tulus hati.
Motivator, yang mendorong konseli untuk: a) menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin dicapainya. b) merangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya sendiri.
Penyalur tanggung jawab, sehingga : a) keputusan terakhir berada di tangan konseli. b) konseli sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai perilakunya sendiri.
Moralis Konselor memegang peranan untuk menentukan kedudukan nilai dari tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi pujian apabila konseli bertanggung jawab atas perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap perilakunya.
Pengikat janji (contractor) Artinya peranan konselor punya batas-batas kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan konseli yang dapat dijajagi maupun akibat yang ditimbulkannya.
Kelemahan dan Kelebihan Konseling Realitas
Kelebihan :
Asumsi mengenai tingkah laku merupakan hasil belajar.
Asumsi mengenai kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan dan kematangan.
Konseling bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru sebagai upaya untuk memperbaiki tingkah laku masa lalu.
Klien bisa belajar tingkah laku yang lebih realistik dan karenanya bisa tercapai keberhasilan.
Langsung lebih cepat menyadarkan klien karena menggunakan secara langsung mengajak klien berbuat. 
Bersifat praktis, luwes dan efektif.
Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan pengetahuan tentang diagnosis.
Kelemahan:
Teori ini mengabaikan tentang intelegensi manusia, perbedaan individu dan faktor genetik lain.
Dalam konseling kurang menekankan hubungan baik antara konselor dan konseli, hanya sekedarnya.
Pemberian reinforcement jika tidak tepat dapat mengakibatkan kecanduan atau ketergantungan.
Jangka waktu terapi yang relatif pendek dan berurusan dengan masalah tingkah laku sadar pada konseli.
Teknik yang digunakan kurang mampu mengungkapkan data yang dialami dari diri pribadi klien.
Hanya menekankan perilaku tanpa mempertimbangkan sisi perasaan.
Tidak memberikan penekanan yang cukup pada dinamika tidak sadar dan pada masa lampau individu sebagai salah satu determinan dari tingkah lakunya sekarang.
Bisa terjadi suatu tipe campur tangan yang dangkal karena ia menggunakan kerangka yang terlampu disederhanakan.




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya konseling realitas adalah membantu individu mencapai otonomi. Otonomi merupakan keadaan yang menyebabkan orang mampu melepaskan dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan pribadi atau diri sendiri (internal). Kriteria konseling yang sukses bergantung pada tujuan yang ditentukan oleh konseli.
Dalam konseling realitas, pengalaman yang perlu dimiliki oleh konseli adalah peran konseli memusatkan pada tingkah laku dalam proses konseling (konseli diharapkan memusatkan pada tingkah laku mereka sebagai ganti dari perasaan dan sikap-sikapnya), konseli membuat dan menyepakati rencana (ketika konseli memutuskn untuk bagaimana mereka ingin berubah, mereka diharapkan untuk mengembangkan rencana khusus untuk mengubah tingkah laku gagal ke tingkahlaku berhasil), konseli mengevaluasi tingkah lakunya sendiri, dan konseli belajar kecanduan positif (dalam hal ini Glasser mengungkapkan pentingnya belajar tanpa kritik dari orang lain dalam setiap usaha kita.
Saran
Sebagai seorang calon konselor kita seharusnya mengetahui dan memahami  mengenai apa itu teknik konseling realitas, karena dapat kita pakai sebagai model serta mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan diri sendiri ataupun orang lain.







DAFTAR PUSTAKA
Corey. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. (Semarang                                           press,1995,SEMARANG) Hal.32
Latipun. 2003. Psikologi Konseling. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Enik Nur Kholidah. 2013. Bahan Ajar Layanan Konseling Traumatik. Yogyakarta: Komalasari, Gantina. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Universitas PGRI Yogyakarta.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PSIKOANALITIK KONTEMPORER (Erix H. Erikson)

Analisa Mahasiswa Yang Mengalami Prokratinasi Akademik (UTS)